Kereta, Buku, & Dibalik Jendela Kereta

By: Irwan, 19/09/2022.

Seperti biasa ketika bekerja shift malam sekira pukul 05.00 aku terbangun, tentu saja untuk ibadah subuh, sejurus kemudian meraih tumbler tempat minum lalu menenggaknya, minum air putih selekas membuka mata setiap pagi wajib buatku, seperti halnya sholat. Hari itu sudah kurencanakan akan mudik, ada beberapa urusan yang harus segera diselesaikan. Seberes subuh sembari menunggu jam waktu pulang menuju kosan aku menyelesaikan beberapa pekerjaan rutinitas yang memang setiap pagi harus dikerjakan, tidak lupa berkoordinasi dengan rekan-rekan kerja, musabab rencana mudikku walaupun sudah jauh-jauh hari tapi belum mengabarkan rekan kerja. Dalam hati, bersyukur sekali ya bisa izin cuti dadakan, tentu sangat tidak nyaman buat yang lain tapi alhamdulillahnya rekan-rekan kerja memahami, mungkin simbiosis mutualisme atau sama-sama saling membutuhkan.hehe...

Waktu berlalu, jarum jam menunjukan 5 menit sebelum jam 7, rekanku yang shift pagi datang kemudian mengobrol sebentar sembari serah terima kerjaan tadi malam. Tepat jam 7 aku langsung tancap gas menuju kosan, oh iya aku mudik menggunakan kereta, bisa dibilang kendaraan favoritku saat pulang kampung ataupun pas berangkt lagi ke jakarta ya kereta, walaupun terkadang menggunakan bis juga. Kereta yang ku pesan saat pagi td berangkat pukul 09.40, motor yg ku kendarain agak sedikit digeber, berharap segera sampai dikosan, sebab barang-barang belum aku packing. Kurang lebih 20 menit sampai juga dikosan, kemudian bergegas sarapan sebelum mandi pagi, seberes mandi lalu packing barang-barang yang harus dibawa, tentu laptop merupakan barang wajib yg harus masuk ke dalam tas, musabab banyak pekerjaan freelance yang sudah dead line dan mesti diselesaikan segera.

Entah hari-hari ini waktu begitu cepat berlalu, tau tau saja sudah jam 8 lewat tepatnya pukul 08.20, aku dengan cepat langsung mengambil lalu membuka hp memesan ojek online menuju stasiun gambir, sembari mengingat-ingat barang apa saja yg belum masuk tas, sering kalinya ada saja yang terlupa. Selang beberapa waktu mungkin 5 menit lebih bapak tukang ojek online mengabari kalau iya sudah ready depan rumah kosan, oke i'm ready... gumamku. Jarum jam menunjuk ke arah 8.33 dan di jam itu aku berangkat menuju stasiun dengan ojek online, bapak tukang ojek langsung menarik tuas gas motornya menyusuri jalan gang sempit sebelum keluar ke jalan besar, seperti biasa jalanan jakarta padat, waktu itu memang pas hari senin, hari dimana jalanan jakarta sedang padat-padatnya dengan orang-orang yang lalu lalang berkendaran menuju tempat kerjaannya masing-masing. Rute ojek online yang ku naiki melewati slipi, tanah abang, lalu ke arah monas yang ngga jauh dari situ sampai di stasiun gambir. Alhamdulilah, ucap syukurku.

Sampai distasiun 40 menit sebelum keberangkatan, lumayan masih ada waktu buat santai pikirku, aku menuju ketempat mencetak tiket, seberes itu langsung masuk melalui petugas jaga yang memang tugasnya harus mengecek setiap penumpang yg akan menaiki kereta. Mungkin masih ada setengah jam lagi, kemudian aku naik menuju ke lantai 2 dan mencari tempat duduk, sembari santai duduk menunggu kereta datang pikirku membuka smartphone adalah cara jitu disaat dalam kondisi menunggu, baiklah ku buka hape untuk beberapa saat, benar saja tanpa terasa waktu menunjukan 10 menit menuju jadwal keberangkatan kereta, tanpa banyak pikir langsung kunaiki 1 tangga lagi untuk sampai diperon di jalur 4, kereta yg ku naiki yakni argho chirebon tujuan asal gambir tujuan akhir tegal, aku sendiri akan turun di stasiun losari kabupaten cirebon jawa barat. Aku segera mencari gerbong kereta yang sesuai ku pesan, tertera di tiket gerbong Eko-2/2D artinya tempat dudukku ada di gerbong 2 kelas ekonomi dengan nomer kursi 2D. Hmmm...ekonomi, tentu tak masalah buatku, musabab kereta zaman sekarang sekalipun ekonomi nyaman bukan main.

Singkat cerita aku masuk dan duduk dikursi sesuai pesanan, lalu ku lepas tas yang kugendong, buku aku keluarin, tumbler tidak lupa juga ikut keluar, serta charger hp pastinya, kemudian tas aku tutup lagi dan kunaikan ke atap tempat duduk tempat penyimpanan garasi tas. Beressss, ucapku dalam hati. Tinggal duduk santai menikmati perjalanan kereta.

Kurang lebih 5 menit kemudian kereta berangkat. buku dan minuman ready, sayang ga ada cemilan lupa ke beli, padahal sesampainya di stasiun tadi masih cukup waktu mampir ke minimarket di dalam stasiun, tapi ya sudahlah tak apa. Aktivitas pertama ketika duduk dan kereta mulai jalan adalah tidak lain tidak bukan mengakses hp, entah berselanjar di medsos atau main game semata, aku pikir tentu bukan aku doang, hampir rata-rata penumpang kereta memang seperti itu, hp sudah menjadi bagian manusia yang katanya modern. Aku yang biasa seberes shift malam menyempatkan tidur dikosan karena rasa kantuk, beberapa sesaat kemudian saat kereta berangkat tidak terlalu jauh rasa kantuk itu pun menghampiri juga, segera ku putuskan untuk tidur, mampung kereta masih di jalur perkotaan artinya pemandangan diluar jendela sana hanya deretan gedung pencakar langit dan rumah-rumah kumuh, sesuatu yang bosan ku lihat, tentu karena tiap hari melihatnya. Dari deretan gedung-gedung pencakar langit dan deretan rumah-rumah kumuh nampak tersirat sesuatu yang ironis dan jomplang, suatu kesenjangan yang terpampang nyata antara si kapitalis dan si rakyat jelata, sungguh pemandangan yang ga enak diliat dan membosankan yang terlihat diluar jendela kereta, sudah tepat pikiriku waktunya untuk tidur.

Sekitar 15 menit kemudian aku terbangun, ternyata memang sulit tidur nyenyak di dalam kereta. tapi syukur lah bangun, aku pikir toh kan mau menikmati perjalanan kereta. Kereta saat itu masih melewati jalur sekitaran daerah panyangga ibu kota, diluar jendela pemandangan masih nampak sama yaitu rumah rumah penduduk, namun gedung-gedung pencakar langit mulai berkurang. Sebelum kereta melewati jalur favoritku yakni jalur persawahan, aku meraih buku yang sedari awal aku siapkan, aku melahap kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, dan lembar halaman demi lembar halaman, asik menyelami isi cerita dari buku yang sedang ku baca.

Setengah jam berlalu kereta mulai melewati jalur persawahan, aku yang sedari tadi asik dengan buku ku, mulai goyah dan ga konsen, sesekali melirik keluar jendela melihat pemandangan jauh yang serba hijau, ah adem sekali, mata dimanjakan dangan hijaunya hamparan padi yang mulai menguning, disisi lain ditangan masih dengan buku yang terbuka, aku dengan cepat habiskan bagian cerita yang serba nangung didalam buku, 5 menit kemudian buku ku tutup, aku fokus dengan pemandangan hamparan sawah yang sejauh mata memandang sedap sekali dilihat, nampak diujung horizon persawahan orang-orang terlihat sangat kecil, mungkin sedang beraktivitas menanam padi atau apalah aku tidak paham, yang jelas pemandangan ini ga setiap hari bisa aku lihat. Aku berhalu ingin menikmati ini, dipinggir sawah ditemani secangkir kopi atau music box kecil dengan music country dan sebatang mild ditangan, ah sedap sekali rasanya. Tidak selesai disitu, Beberapa saat kemudian diujung nun jauh nampak terlihat indah ciptaan sang kuasa, sebuah maha karya sang pencipta dengan gagahnya terpampang jelas di depan mata, yaitu sebuah gunung, ya betul gunung ciremai itu, indah sekali ucap dalam hatiku. Gunung dan persawahan seolah membiusku, sebuah kolaborasi alam yang menciptakan pemandangan yg luarbiasa. Pengalaman perjalanan pulang kampung dengan kereta memang selalu mengesankan, menghabiskan waktu dengan membaca buku maupun berdecak kagum dengan pemandangan diluar jendala kereta membuat perjalanan tak terasa, seakan teori relativitas Albert Einstein bekerja, luar biasa bukan? Akhirnya perjalananku tiba juga, pukul 13.30 kereta yang ku naikin sampai ditujuan yakni stasiun losari cirebon.